Translate

Monday, June 8, 2020

Series

Tokoh dan plot hanya fiktif. kritik dan saran sangat kami harapkan.

TAHAJUD

"Jaaaangaan Kai!" Teriak Asma yang tiba-tiba terbangun dengan terengah engah, karena mimpi buruknya. Kepalanya terasa pusing dan dadanya terasa sesak. "Alhamdulillah, hanya mimpi" Syukurnya. Mimpinya terasa begitu nyata hingga tenggorokannya terasa kering. Ia pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
Seusai tenang Asma mengecek handphonenya, waktu menunjukkan pukul 01.00 AM dan notif pesan dari Kaila membuatnya menelan ludah sangat berat  "Kai, jangan bilang dia, tidak.. Tidak mungkin" Asma mengusir pikiran buruk dalam otaknya. Dengan segera ia membuka pesan dari Kaila.
"Assalamualaikum, Asma terimakasih atas segalanya, kau teman yang hebat. Tapi, sungguh aku tidak bisa melanjutkan hidupku. Titip butik ya, juga kalau kau sholat tahajud, minta Allah ampuni dosa-dosaku ya. Bye."
Otaknya yang setengah sadar masih terus mencerna kata-katanya, hingga ia tersadar dan mencoba menelponnya berkali kali, namun tidak ada jawaban. Hatinya merasa tidak tenang dan segera mengambil jaket dan kunci motor, tanpa sempat mengganti pakaian tidurnya. Asma, memacu sepedah motornya sekencang yang ia bisa. Pikirannya hanya berfokus bagaimana ia bisa sampai ke kosan Kaila secepatnya.
"Assalamualaikum, bi... Bi Nani!" Panggil Asma pada bi Nani penjaga kosan Kaila. "Assalamualaikum, bi...!" Panggil Asma.
"Eh Neng Asma, ada apa Neng tengah malam begini?" Sahut Bi Nani yang buru buru membuka gerbang kos.
"Bi, Kaila sudah pulangkah dari butik?" Tanya Asma masih terengah engah.
"Tadi magrib Bibi lihat sih sudah masuk kamar"
"Boleh dicek dulu gak bi, di kamarnya?"
"Boleh Neng, ayo masuk". Keduanya pun dengan segera menuju kamar kos Kaila.
"Kai, Kai... Kai buka pintunya Kai, ini aku Asma!" Berkali kali Asma coba membuka dan menggedor pintu tidak ada jawaban sama sekali. Asma mencoba menelponnya, namun tak diangkat meski terdengar suara dering dari kamarnya. Asma mulai kebingungan ia takut mimpinya nyata. Dalam mimpinya Kai mencoba mengakhiri hidupnya, sebab tak sanggup lagi menahan kecewa.
"Ya Allah, semoga tidak terjadi apa apa. Kai, aku mohon buka pintunya" air mata Asma perlahan membasahi pipinya.
"Sebentar ya Neng, Bibi cari kunci serepnya." Kata Bi Nani memberi solusi. Asma terus berdoa semoga tidak terjadi apa-apa pada sahabatnya itu. Tak beberapa lama bi Nani datang membawa kunci serepnya dan dengan segera Asma membuka pintu kamarnya.
Mata Asma mebelalak menatap sahabatnya, dadanya sesak, degup jantungnya tak beraturan air matanya pun membanjiri seluruh wajahnya. Kaila tergeletak dengan mulut yang berbusa dan bibir yang membiru. Sekujur tubuh Asma melemas dan Ia terduduk lemas di samping tubuh sahabatnya. Bi Nani segera memanggil ambulan dan Kaila di larikan ke UGD.
Asma menguatkan diri untuk menemani sahabatnya, meski dengan air mata yang terus mengalir dan dada yang sesak, bibirnya tak berhenti melafalkan doa untuk sahabatnya "Semoga Engkau menyelamatkan Kaila Ya Allah. Aku mohon". Asma terus memegang erat tangan sahabatnya yang sudah mendingin, hingga Kaila masuk Ruang UGD.
Asma pasrahkan sahabatnya pada Tuhan, dalam tahajudnya ia lafalkan doa sebanyak banyaknya untuk Kaila. Air matanya terus mengalir dan pengharapannya pada Tuhan sangatlah besar. Bagaimana tidak, Kaila dan Asma sudah berteman sejak mereka masih Sekolah Dasar hingga sekarang sudah sama-sama menyandang gelar sarjana, bahkan sudah memiliki profesi sendiri-sendiri.
Keduanya tidak terpisahkan, kadang kali bertengkar, namun tidak akan lama. Asma seorang anak dari pedagang kerupuk yang kerap kali menjadi bahan bullian teman temannya. Sedangkan Kaila seorang anak tunggal dari keluarga yang memiliki segalanya. "Kalau kalian gangguin Asma lagi, aku laporin kalian ke Papa, biar kalian semua dikeluarkan dari sekolah!" Ancam Kaila saat itu. Kailalah yang menjadi teman satu satunya kala itu. Sebab itulah Asma sangat menyayangi Kaila.
"Ma, kalau aku masuk neraka aku bakalan disiksa ya?. Sakit ya?" Tanya Kaila
"Yaiyalah, bayangin aja selama lamanya kamu dikelilingi api, bahkan apinya lebih panas dari ini loh" Jawab Asma sambil menunjuk api kompor.
"Terus kata kamu, kalau matinya bunuh diri, selamanya akan bunuh diri disana?." Tanyanya lagi tanpa menoleh pada Asma
"Iya, kalau matinya gantung diri akan terus gantung diri, kalau minum racun, ya minum racun terus menerus dan gak akan mati mati. Serem pokoknya"
"Ma, kalau aku masuk neraka tolong minta Allah ampuni dosa dosaku ya, selamatkan aku dari neraka"
"Kamu ini ngomong apa sih Kai. Kita jadi ahli syurga bareng ya, aku yakin kamu bisa jadi lebih baik" Hibur Asma sembari mengelus pucuk kepala Kaila yang sudah dibanjiri air mata dipelukan Asma.
Asma dibangunkan oleh suara adzan subuh, "Kai, aku yakin Allah akan beri kesempatan kamu untuk bertaubat" Lirihnya sembari beranjak mengambil wudhu. Seuisai shalat subuh dan melafalakan doa untuk Kaila, Asma bergegas menemui dokter di ruang UGD.
"Bagaimana kondisi teman saya dok?" Tanya Asma berharap kabar baik yang ia dengar.
"Kondisinya masih kritis, kami sedang berupaya menghilakan racun yang masuk kedalam tubuhnya dulu. Karena tergolong cukup banyak. Bersyukur belum sampai merusak organ vitalnya 100%. Kami akan berusaha" Jelas dokter.
"Terimakasih dokter" Asma merasakan lemas disekujur tubuhnya, tak bisa membayangkan sahabatnya tak sadarkan diri dengan beberapa selang menempel pada tubuhnya. "Iyyakana'budu wa iyyakanastain,  Ya Allah hanya kepada engkau hamba meminta dan hanya kepada engkau hamba memohon pertolongan. selamatkanlah Kaila Ya Allah". Setiap saat Asma berdoa untuk Kaila.
Sudah tiga hari Kaila keadaan koma, orang tua Kaila bahkan tak bisa datang menjenguknya. " Nak Asma titip Kaila ya" Hanya pesan singkat yang dikirim ibunya dari Luar negeri. Walaupun Kaila memiliki segalanya, tapi cinta dari orang tua tak pernah ia dapatkan sesempurna Asma. Sari, Ibunda Asma sangat menyayangi Kaila seperti anaknya sendiri. Sehingga Asma dan Ibunya yang bergantian menjaganya.
Setiap malam Asma tak melewatkan tahajud dan mendoakan sahabat tersayangnya. "Ma, kalau aku masuk neraka aku bakalan disiksa ya. Sakit ya?" Dan percakapan itupun terus berulang ulang dimimpinya. "Kai, Aku yakin Allah akan mengampuni mu" Berkali kali Asma mencium dan memegang erat tangan Kaila, terus menerus setelah ia sadar dari mimpinya. Harapannya tak pernah pudar, Ia percaya Tuhan mendengar do'anya dan tahajud menjadi jalannya.

Bersambung......


No comments:

Post a Comment