Translate

Wednesday, June 3, 2020

Cerita Singkat


ini cerita panjang aslinya, hanya dipersingkat, plot dan tokoh bisa jadi fiktif..
SUPERMOON
Supermoon malam itu seolah membangunkanku, tanpa sadar aku meraih handphoneku dan memotret kemudian mengetik "Lihat bulannya indah banget". Klik, pesan ku kirim pada orang di sebrang sana. Malam itu, supermoon terlihat sangat cantik meski sedikit tertutup mendung.
" Bagus, tapi aku lebih suka bintang. Bulan itu gak mulus, kayak kamu jelek" Sahutnya.
" Bodo amat". Balasku.
Kita memang tak pernah akur, namun menyimpan rasa yang tak bisa dideskripsikan. Dia bagai Bumi yang terlihat besar, tangguh, sedikit menyimpan misteri namun menyejukkan. Sedangkan Aku, bagai bulan yang selalu berubah setiap hadirnya, moodnya tak pernah bisa ditebak dan keras, sulit dilunakan. Kami berbeda, itu sebabnya Kami tak bisa dideskripsikan.
Layaknya Bulan, aku tak bisa memilih berada di sisi planet lain. Namun, layaknya Bumi ia bisa memilih matahari atau bintang untuk menemaninya. Tak mengapa, Bulan masih tetap bisa menemani Bumi meski hanya dalam hitungan jam. Seperti itulah kisah kami yang terus berlanjut bagai bumi dan bulan.
Beberapa malam yang tak terhitung, Bumi dan Bulan telah menemukan. Menemukan kecocokan dalam sebuah perbincangan. Bahkan ketika Bumi terserang virus covid-19, kerap kali bulan menghibur dengan memperlihatkan supermoon dan purnamanya. Pula, saat malam mendung Bumi selalu menunggu Bulan hadir, meski ternyata hujan yang datang. Begitulah mereka berjuang dengan caranya  masing masing.
Bumi tak berhenti berputar, ia sabar menahan sakit ketika manusia terus berbuat kerusakan. Ia bersabar walau covid-19 semakin parah. Itulah yang membuatku berani berkata Bumi itu tangguh. Bumi akan selalu pada pendiriannya, ia berputar dan tidak pernah melewati porosnya. Jika itu terjadi, maka ia akan membentur Bulan atau pun planet lain. Ia tidak akan menyakiti orang lain. Sehingga aku bilang ia menyejukkan.
Takdir berkata lain, sebuah pesan masuk tanpa diundang. Namun, berisi undangan. Bumi memutuskan untuk menikahi. Menikahi perempuan selain Bulan. Seketika sekujur tubuhku kaku, membaca ulang kalimatnya. Menyeka matanya yang telah penuh dengan air. Tak mampu membalas pesan, hanya mampu tertegun dan menyapa seribu tanya. Bisakah acaranya digagalkan? Bisakah takdir Bumi dangan Ku?.
Tuhan yang menciptakan kisah, Tuhan yang menulis semua. Memohon pada Tuhan, memaksa pada Tuhan melalui do'a. Itu yang terfikirkan." Tanah lapang dan tempat yang tinggi, mendekatkan Kita dengan Arsnya Tuhan". Berjuanglah.
Puncak guntur menjadi alasku, melimpahkan permohonanku pada Tuhan. Semoga.
Tibalah, hari aku menantang Guntur. Jika setiap daun dapat membaca hati, ia dapat mendengar do'a ku dalam setiap perjalanan."SemogaTuhan, menggagalkan acaranya. Aku mohon". Terlihat diam namun, harapan tak pernah diam.
Semua senang, puncak Guntur telah didaki. Aku tersibukan dengan memasak, memasang tenda dan sedikit rehat untuk melenturkan otot kaki yang tegang. Hingga malam tiba, semua hening hanya suara hewan yang menenangkan. Sinar bulan, menambah kekhusyuan malam. Ini saat yang tepat, saat yang tepat mengajukan pengharapan. Bersiaplah.
"Tuhan, Semoga pernikahan Bumi dan Matahari lancar dan menjadi keluarga yang bahagia. " Aamiin.
Do'a terus terpanjatkan berharap Tuhan tahu maksud do'anya. Hingga pagi pun menyapa, aku pergi kesisi puncak berharap tak ada yang melihatku, Aku berteriak sekencang kencangnya "Bumi.... Selamat berbahagiaaaaa... Bulaaaannn jangan lupaaa bahagiaaaaa". Seusai tenang, Aku kembali bergabung dengan rombonganku. Semua hanya tertawa menertawakan Aku, tentunya. Sepertinya teriakan ku terlalu keras. Aku yang malu hanya menggaruk tengkuk kepalaku yang tak gatal. Tak mengapa setidaknya itu membuatku tenang.
" Do'a dari puncak Guntur, semoga Bumi dan Matahari dikelilingi kebahagiaan selamanya" Ku kirim foto dan pesan singkat.
"Aamiin, terimakasih" balasnya
Wahai Bumi, tak perlu khawatirkan Aku. Layaknya bulan, akan ada saatnya bulan bersinar paling terang lagi. Ia hanya butuh waktu, tak perlu khawatir karena Aku "Supermoon".
Tak perlu memaksa, tak perlu mengambil jarak seperti apa kata HiVi
Biar cerita dikenang indahnya, jangan paksakan cinta kan ada. Haruskah kisah dinoda benci, harimu yang nanti akan cerah kembali. Kita bagai Bumi dan Bulan berpasangan walau tak sejalan. Mungkin kita harus belajar pada mereka. Tuk tetap bahagia.
Inspired by Bumi dan Bulan- HiVi

No comments:

Post a Comment