Dibalik Kisahnya
Dilan dan Milea, begitu membumi ya kalian. Netizen bilang deman
Dilan, penyakit apa itu? apa gejalanya? Dan bagaimana mengobatinya ha ha receh
ya...
Dilan, mendengar nama itu rasanya sedih ya. Meskipun hanya menjadi penikmat
tulisan bukan filmnya aku paham alur ceritanya, tapi bukan itu yang membuatku
sedih. Meski hanya tersusun dari kata dan sudah beberapa tahun berlalu, cerita
itu masih teringat jelas. Lebih tepatnya jelas awal dan akhirnya.
Awalnya, cerita dibuat menghanyutkan dengan setiap kata dan tingkah
unik Dilan. Tapi Dilan, itu hanya awalnya saja. Akhirnya, tak ada lagi telpon
darimu, tak ada lagi hadiah ulang tahun dan tak ada lagi Dilanku (Bagi Milea
bukan aku penulis). Mengingatmu Dilan, sama dengan menginatnya. Bukan hanya inisial
kalian yang sama tapi ceritanya pun hampir sama.
Bandung, ya itupun sama. Bedanya kau dimasa lalu, kondisi yang berbeda
dan masalah yang berbeda.
Milea, aku paham betul apa maksudmu. Kau hanya khawatir pada Dilan,
Dilan yang kau sayangi. Dilan yang awalnya asing hingga kau jatuh hati padanya.
Dilan yang awalnya menghampiri hingga akhirnya pergi menjauh. Milea tidak benar-benar
berniat meninggalkan Dilan, itu yang aku pahami dari Milea.
Kini aku masih tak tahu, cara Milea yang salah ? Atau kah memang
sudah tertulis begitu kisahnya. Apa yang sudah dituliskan tak ada yang bisa
merubahnya.
Tapi Ayah Pidi, aku benci Dilan,
Dimana sekarang kau Dilan? oh bukan aku bertanya dimana sekarang
hatimu Dilan?.
Cuman coretan mahasiswa tingkat
akhir, abaikan saja terimakasih bersedia membaca. Waktu yang terbuang, tak bisa
dikembalikan. Maaf.
No comments:
Post a Comment