Translate

Wednesday, March 7, 2018

Pojok Berbagi


Cinta Untuk Ayah 
"Teringat masa kecil ku, kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu, membuatku melambung
Di sisi mu terngiang, hangat nafas serta harum tubuhmu
Kau tutur kan segala mimpi mimpi serta harapan mu
Kau ingin ku menjadi... yang terbaik bagimu
Patuhi perintah mu, jauhkan godaan yang mungkin ku lakukan
dalam waktuku beranjak dewasa
jangan sampai membuatku terbelenggu, jatuh dan terinjak
Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
ku terus berjanji tak kan hianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi mau mu
Andaikan detik itu... kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku ... yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati.."
(Gita Gutawa- Yang Terbaik Bagimu)

Ooohhh.... lagu ini tak pernah bosan aku dengarkan dan ia pun tak pernah bosan membuatku meneteskan air mata.  Membuatku mengingat akan sosok ayah beserta kasih dan sayangnya yang tak pernah tertandingi.
Katanya Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya, karena ayah adalah satu-satunya laki-laki yang tak pernah menyakitinya. Aku setuju dengan kalimat itu, karena ayahku pun begitu. Semarah-marahnya ia padaku, tak pernah sekalipun ia berhenti peduli padaku.
Meski umurku sudah menginjak kepala dua pun aku masih membutuhkan ayah. Ayah yang selalu membantuku tanpa pamrih, ia selalu mendahulukan aku sebelum dirinya. Mengusahakan segala sesuatu yang aku minta. Tapi, jagankan membalas kasih dan sayangnya, memiliki keberanian untuk mengucap “Aku sangat menyangimu ayah” pun aku tak mampu.
Lalu bagaimana dengan “Cinta Pertama”? Bukan kah cinta perlu adanya timbal balik? Apa yang bisa aku berikan untuk ayah ketika aku belum mampu membahagiakannya? Ketika aku belum memiliki penghasilan sendiri? Ketika aku belum bisa meringankan bebannya?


Sempat terfikir, Ayahku seringkali mengingatkan akan surat At-tahrim ayat 6

Ayah sebagai kepala keluarga, memiliki kewajiban menjaga istri dan anak- anaknya terutama dari siksa neraka. Jika istri dan anak-anaknya ternyata tak bisa selamat dari neraka, rasa sedih yang teramat dalam tentu ia rasakan. Lalu selain itu, adakah siksa yang berlebih? atau istri dan anak-anaknya justru dapat menjerumuskannya ke dalam neraka juga? tentu bisa saja.
Jadi, menurutku menjaga diri dari perbuatan dosa adalah salah satu cara menyayangi ayah. Syukur-syukur bisa menjadi anak sholeh/ sholehah yang terus mendoakan kedua orang tuanya. Bukankah ada hadist yang mengatakan “Ketika manusia mati, maka putus semua amalnya kecuali tiga amalan, amal jariah ketika masih hidup, ilmu yang dimanfaatkan dan doa anak yang sholeh” (HR. Muslim)
Kemudian adapula hadist yang mengatakan bahwa keutamaan bagi orang yang mengamalkan dan mengajarkan Al-quran, Allah memberikan kedua orang tuanya mahkota yang mana cahaya dari mahkota itu melebihi dari cahayanya matahari (HR. Ahmad). Sungguh itu adalah pemberian yang sangat istimewa untuk ayah dan ibu.
Setiap malam, termasuk malam ini ayah selalu menasehatiku. Nasehatnya malam ini tentang menjaga diri, ayah bilang sebagai perempuan aku harus pandai menjaga diri, banyak doa penjagaan dan harus bisa memilih dan memililah mana yang baik dan mana yang tidak baik. Karena seorang perempuan bisa menjadi perhiasan dunia yang paling indah namun juga bisa menjadi fitnah dunia, tergantung dari perempuan itu sendiri.
Segini dulu aja ya berbagi ceritanya, mohon maaf jika ada salah kata dan mohon untuk ditegur via coment. Terimakasih semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment