Translate

Thursday, January 25, 2018

Kisah Puan

Puan dan Lingkaran Pedih

Puan air matamu yang jatuh di pundakku malam itu, setajam pisau yang menusuk di dadaku. Aku bertanya kapankah laki-laki berhenti menyakiti seorang perempuan . Aku bertanya haruskah aku yang menghukumnya.
Tuan, cicin pengikat kasih kita yang kau janjikan malam sebelumnya pada puan, emang yang seharusnya melingkar dijari manis Puan, nyatanya hanya lingkaran kepedihan yang mengikat dada Puan malam ini. Sesak, marah, sedih, kecewa, bingung dan semua yang tidak Puan pahami tentang hari itu. Tuan, siapakah yang menentukan salah dan benar, sehingga dimatamu Puan selalu bersalah.
Tuan, tatapan mata adalah kekuatan. Pertanda kasih dan pelindungan terlihat dari mata. Lalu apa artinya jika tatapan matamu menusuk dan seperti lingkaran belenggu yang membuat Puan takut?. Tatapan mata itu, seolah majikan kejam yang menyuruh pembantunya melakukan sesuatu. Tatapan kejam seakan haus melihat penderitaan oranglain. Aku kecewa Tuan, itukah yang kau namakan laki-laki?
Semua yang keluar dari mulutmu, hanya caci maki yang tak logis. Nada yang menaik tak layak kau keluarkan dihadapan seorang perempuan. Kau harusnya sadar, kau lahair dari rahim seorang perempuan. Kau tak pernah merasakan sakitnya perjuangan itu. Jika kau manusia kau akan berfikir berjuta kali untuk menyakiti seorang perempuan. Cukup hanya merasakan sakitnya melahirkan yang dirasakan perepuan tak perlu ditambah lagi dengan sikap bodoh mu.

Kata maaf bukan hanya sebatas kata yang tersusun dari empaat huruf. Kata maaf bukan penghapus dosa yang telah kau lakukan. Maaf adalah kata sakral yang mengandung arti “Aku berjanji untuk tidak melakukan hal yang sama”. Luka tetaplah luka, akan berbekas sampai kapan pun. Hati adalah hati yang selalu luluh akan kalimat cinta meskipun sakitnya bertubi tubi.

Bandung, 25 Januari 2018
Tulisan Kacau Kawan Puan

No comments:

Post a Comment