Translate

Sunday, August 20, 2017

Kisah Puan



Malamnya Puan



Malam itu mata puan tak bisa terpejam, karena itu aku masih menemaninya berbincang. Aku sadar ada yang puan sembunyikan dan tak ia ceritakan padaku. Aku melihat kecemasan dari setiap kata yang ia ucap, aku bingung harus berkata apa agar ia bicara. Setengah jam berlalu, aku mulai kesal dengan dia yang pura - pura tegar "Katakan apa yang membuat hatimu cemas wahai puan?" Kata Ku.
Saat itu tak ada kata, tak ada suara hanya air mata yang membasahi pipi mungil puan. Tenggelamlah ia dalam tangisannya, dalam kesedihannya dan dalam pelukanku. Begitulah perempuan, tak bisa merubah rasa menjadi kata hingga air mata yang berbicara. Oh puan ceritakan padaku apa yang membuat mu begini?.
Puan, tentang apakah yang membuat mu merelakan air matamu jatuh? Tentang siapakah yang kau cemaskan? Tak ada satupun jawaban darinya, biar dinginnya malam yang memahami perasaannya. Dan mungkin pena dan secarik kertas bisa membantu puan, jika suara tak mampu mungkin Surat mampu menyampaikan. Fikirku.
Secarik kertas kosong kini berisi
"Jika sangkar ku tak lagi bagus dan nyaman, telah ku buka pintu keluar agar kau kini menjadi burung yang terbang bebas sesukamu. Biarkan aku jadi sangkar yang tak berguna untuk saat ini.
Jika kau kura-kura, tinggalkan aku cangkangmu yang membuat mu bergerak lambat. Temukan rumah nyamanmu yang membuat mu bergerak cepat. Biarkan aku menjadi cangkang yang kosong untuk saat ini"
Goresan tangan puan menyiratkan kecemasan yang mendalam. Puan pun terlelap masih dengan kecemasannya. Aku berdoa semoga esok kau tersenyum lagi puan.



Cimanggu, 20 Augustus 2017
Hanya tulisan kacau kawan Puan

No comments:

Post a Comment