Surat dari Cimanggu
Cimanggu,
2 Agustus 2017
Menghitung
hari Kuliah Kerja Nyata dimulai, namun masih saja fikiran ini belum bisa
menepis kerinduan akan pamulihan. Pamulihan, Abah, emak, teman-teman dan
semuanya apa yang kalian ajarkan sangat berguna bahkan dihari pertama ini.
Pamulihan telah mengajarkanku melawan dingin, tetap bangun lebih awal meski
udara masih dingin. Pelajaran bertahan hidup meski jauh dari kota kita harus
tetap bertahan terutama berfikir kreatif. Semua itu aku akui sangat berguna di
sini.
Abah,
mengajarkanku bukan hanya untuk rapih dan bersih tapi juga menempatkan sesuatu
pada tempatnya. Abah, aku pastikan tak akan ada baju yang menumpuk di kursi,
tak akan ada handuk yang menggantung di pintu, aku pastikan tak akan ada
selimut yang menggulung layaknya “Sarang undur-undur”. Aku pastikan pelajaran
yang abah berikan berguna di sini.
Emak,
emak mengajarkan ku untuk santun dan bertanya apa pun. Emak mengajarkan ku
untuk berani dan mudah akrab serta saling menyayangi terhadap sesama.
Kawan,
ternyata ada orang-orang yang lebih sulit dari kalian ha ha... lebih sulit
dibangunkan pagi lebih dari Novan. Lebih berantakan dari kalian, pokoknya lebih
menyebalkan dari kalian berdua. Tak sengaja rindu, iya tak sengaja karena rindu
itu muncul begitu saja tanpa aku tahu apa penyebabnya. Tak sengaja aku berkata
“Warung caket die dimana Neng”, sontak aku ralat kata “Neng” dengan “Mira”.
Ah... aku tak sengaja rindu Neng, aku merindukan kalian dan semua yang ada di
pamulihan. Aku merindukan Pamulihan beserta isinya, rindu akan
pelajaran-pelajaran yang telah kau berikan.
“Terimakasih”
hanya itu imbalan yang bisa aku berikan, maafkan semoga ada kesempatan untuk
kesana lagi dan kesempatan bertemu dengan orang-orang yang aku rindukan. Sampai
jumpa.
Tulisan lama yang baru sempat dipost..
ditulis sembari merenung sambil menyesuaikan suasana.
No comments:
Post a Comment