Tokoh dan plot hanya fiktif. kritik dan saran sangat kami harapkan.
TAHAJUD
"Jaaaangaan Kai!" Teriak
Asma yang tiba-tiba terbangun dengan terengah engah, karena
mimpi buruknya. Kepalanya terasa pusing dan dadanya terasa sesak.
"Alhamdulillah, hanya mimpi" Syukurnya. Mimpinya terasa begitu nyata
hingga tenggorokannya terasa kering. Ia pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
Seusai tenang Asma mengecek
handphonenya, waktu menunjukkan pukul 01.00 AM dan notif pesan dari Kaila membuatnya
menelan ludah sangat berat "Kai,
jangan bilang dia, tidak.. Tidak mungkin" Asma mengusir pikiran buruk
dalam otaknya. Dengan segera ia membuka pesan dari Kaila.
"Assalamualaikum, Asma
terimakasih atas segalanya, kau teman yang hebat. Tapi, sungguh aku tidak bisa melanjutkan
hidupku. Titip butik ya, juga kalau kau sholat tahajud, minta Allah ampuni dosa-dosaku
ya. Bye."
Otaknya yang setengah sadar masih
terus mencerna kata-katanya, hingga ia tersadar dan mencoba menelponnya berkali
kali, namun tidak ada jawaban. Hatinya merasa tidak tenang dan segera mengambil
jaket dan kunci motor, tanpa sempat mengganti pakaian tidurnya. Asma, memacu sepedah
motornya sekencang yang ia bisa. Pikirannya hanya
berfokus bagaimana ia bisa sampai ke kosan Kaila secepatnya.
"Assalamualaikum, bi... Bi
Nani!" Panggil Asma pada bi Nani penjaga kosan Kaila. "Assalamualaikum,
bi...!" Panggil Asma.
"Eh Neng Asma, ada apa Neng
tengah malam begini?" Sahut Bi Nani yang buru buru membuka gerbang kos.
"Bi, Kaila sudah pulangkah dari
butik?" Tanya Asma masih terengah engah.
"Tadi magrib Bibi lihat sih
sudah masuk kamar"
"Boleh dicek dulu gak bi, di
kamarnya?"
"Boleh Neng, ayo
masuk". Keduanya pun dengan segera menuju kamar kos Kaila.
"Kai, Kai...
Kai buka pintunya Kai, ini aku
Asma!" Berkali kali Asma coba membuka dan menggedor pintu tidak ada
jawaban sama sekali. Asma mencoba menelponnya, namun tak diangkat meski
terdengar suara dering dari kamarnya. Asma mulai kebingungan ia takut mimpinya
nyata. Dalam mimpinya Kai mencoba mengakhiri hidupnya, sebab tak sanggup lagi
menahan kecewa.
"Ya Allah, semoga tidak terjadi
apa apa. Kai,
aku mohon buka pintunya" air mata Asma perlahan membasahi pipinya.
"Sebentar ya Neng, Bibi cari kunci
serepnya." Kata Bi Nani memberi solusi. Asma terus berdoa semoga tidak
terjadi apa-apa pada sahabatnya itu. Tak beberapa lama bi Nani datang membawa
kunci serepnya dan dengan segera Asma membuka pintu kamarnya.
Mata Asma mebelalak menatap sahabatnya,
dadanya sesak, degup jantungnya tak
beraturan air matanya pun membanjiri seluruh wajahnya. Kaila tergeletak dengan
mulut yang berbusa dan bibir yang membiru. Sekujur tubuh Asma melemas dan Ia
terduduk lemas di samping tubuh sahabatnya. Bi Nani segera memanggil ambulan
dan Kaila di larikan ke UGD.
Asma menguatkan diri untuk menemani
sahabatnya, meski dengan air mata yang terus mengalir dan dada yang sesak,
bibirnya tak berhenti melafalkan doa untuk sahabatnya "Semoga Engkau menyelamatkan
Kaila Ya Allah. Aku mohon". Asma terus memegang erat tangan sahabatnya
yang sudah mendingin, hingga Kaila masuk Ruang UGD.
Asma pasrahkan sahabatnya pada Tuhan,
dalam tahajudnya ia lafalkan doa sebanyak banyaknya untuk Kaila. Air matanya
terus mengalir dan pengharapannya pada Tuhan sangatlah besar. Bagaimana tidak,
Kaila dan Asma sudah berteman sejak mereka masih Sekolah Dasar hingga sekarang
sudah sama-sama menyandang gelar sarjana, bahkan
sudah memiliki profesi sendiri-sendiri.
Keduanya tidak terpisahkan, kadang
kali bertengkar, namun tidak akan lama. Asma seorang anak dari pedagang kerupuk yang kerap kali menjadi bahan bullian teman temannya. Sedangkan Kaila
seorang anak tunggal dari keluarga yang memiliki segalanya. "Kalau kalian
gangguin Asma lagi, aku laporin kalian ke Papa, biar kalian semua dikeluarkan
dari sekolah!" Ancam Kaila saat itu. Kailalah yang menjadi teman satu
satunya kala itu. Sebab itulah Asma sangat menyayangi Kaila.
"Ma, kalau aku masuk neraka aku
bakalan disiksa ya?. Sakit ya?"
Tanya Kaila
"Yaiyalah, bayangin aja selama lamanya
kamu dikelilingi api, bahkan apinya lebih panas dari ini loh" Jawab Asma
sambil menunjuk api kompor.
"Terus kata kamu, kalau matinya
bunuh diri, selamanya akan bunuh diri disana?." Tanyanya lagi tanpa menoleh
pada Asma
"Iya, kalau matinya gantung
diri akan terus gantung diri, kalau minum racun, ya minum
racun terus menerus dan gak akan mati mati. Serem pokoknya"
"Ma, kalau aku masuk neraka
tolong minta Allah ampuni dosa dosaku ya, selamatkan aku dari neraka"
"Kamu ini ngomong apa sih Kai.
Kita jadi ahli syurga bareng ya, aku yakin kamu bisa jadi lebih baik" Hibur
Asma sembari mengelus pucuk kepala Kaila yang sudah dibanjiri air mata dipelukan
Asma.
Asma dibangunkan oleh suara adzan
subuh, "Kai, aku yakin Allah akan beri kesempatan kamu untuk
bertaubat" Lirihnya sembari beranjak mengambil wudhu. Seuisai shalat subuh
dan melafalakan doa untuk Kaila, Asma bergegas menemui dokter di ruang UGD.
"Bagaimana kondisi teman saya
dok?" Tanya Asma
berharap kabar baik yang ia dengar.
"Kondisinya masih kritis, kami
sedang berupaya menghilakan racun yang masuk kedalam tubuhnya dulu. Karena
tergolong cukup banyak. Bersyukur belum sampai merusak organ vitalnya 100%. Kami
akan berusaha" Jelas dokter.
"Terimakasih dokter" Asma
merasakan lemas disekujur tubuhnya, tak bisa membayangkan sahabatnya tak
sadarkan diri dengan beberapa selang menempel pada tubuhnya. "Iyyakana'budu
wa iyyakanasta’in, Ya Allah hanya kepada engkau hamba meminta dan
hanya kepada engkau hamba memohon pertolongan. selamatkanlah
Kaila Ya Allah". Setiap saat Asma berdoa untuk Kaila.
Sudah tiga hari Kaila keadaan koma,
orang tua Kaila bahkan tak bisa datang menjenguknya. " Nak Asma titip Kaila
ya" Hanya pesan singkat yang dikirim ibunya dari Luar negeri. Walaupun
Kaila memiliki segalanya, tapi cinta dari orang tua tak pernah ia dapatkan sesempurna
Asma. Sari, Ibunda Asma sangat menyayangi Kaila seperti anaknya sendiri.
Sehingga Asma dan Ibunya yang bergantian menjaganya.
Setiap malam Asma tak melewatkan
tahajud dan mendoakan sahabat tersayangnya. "Ma, kalau aku masuk neraka aku
bakalan disiksa ya. Sakit ya?" Dan percakapan itupun
terus berulang ulang dimimpinya. "Kai, Aku yakin Allah akan mengampuni
mu" Berkali kali Asma mencium dan memegang erat tangan Kaila, terus menerus setelah ia sadar
dari mimpinya. Harapannya tak pernah pudar, Ia percaya Tuhan mendengar do'anya
dan tahajud menjadi jalannya.
Bersambung......