Translate

Tuesday, November 21, 2017

Kisah Puan

Amunisi Hari Ini

Kaki mu tak berhenti mengambil langkah, meskipun hujan membasahi. Menyelasaikan hari dengan misi dalam sehari,  bukan tanpa arti. Tuhan Maha baik hati, yang tak akan menghianati. Selalu memberi arti dengan apa yang terjadi, memahami adalah cara untuk mengetahui.
Rindu-rindu dalam kalbu terkadang mengganggu, menunggu untuk bertemu. Berpangku untuk menjadi satu, hanya soal waktu. Abu-abu tak berarti tabu, Tuhanlah yang Maha tahu, tempat yang tepat untuk beradu.
Puan, kau tak sendiri, menolehlah saat itu kau kan temukan aku berdiri. Jika dalam pandangan mu aku pergi, saat itu aku sedang mencari. Ya mencari jalan yang baik untuk kau lalui. Puan, percayalah hati ini kau yang memiliki.
Bersama rindu
Tuan

Secarik kertas berisi goresan pena, pengisi energi pagi ini. Lesung pipi, garis mata mengandung arti, ia bahagia dengan datangnya suratmu Tuan. Berhari-hari tanpa gairah, kini kembali berseri seri. Tuan tolong, jangan buat harinya kembali kelabu. Sebagai kawan aku turut bahagia.
Tuhan yang Maha Tahu, satukan keduanya dalam takdirmu.

Wednesday, November 15, 2017

Kisah Puan

DIALOG KELABU


Berpangku dagu, berkawan awan kelabu, diiringi lagu nan sendu dan sedikit rindu. Puan, siang itu dengan tatapan kosong ia menatap langit mendung, dengan pikiran yang melayang-layang ke dunia tanpa bayang-bayang. Masih kah kau memikirkan tentang Tuan?  Lagi- lagi kau hanya menjawab dengan senyum. Senyum yang menyakitkan.
“Kawan ku, dulu aku suka sekali hujan. Saat-saat berteduh menghindari hujan aku suka, meskipun tetap saja pakaianku basah. Saat itu, sangat lembab namun tetap hangat. Semua itu karenanya”
Sudah kuduga, tak mudah baginya melupakan Tuan. Cerita dan warna warni kehidupan, telah dilukis begitu sempurna. Aku akui kau begitu berbakat Tuan, senangkah kau telah berhasil menciptakan karya besar berkanvaskan hidup seorang gadis yang beranjak dewasa ini? Senangkah ?. Kau hebat, bukan berarti berhati baik.
Puan, kawan ku berkata “Sudah saatnya kau mencari kekuatan mu sendiri, ketimbang berkutat dengan tangis dan rindu, menunggu Tuan yang tak kunjung mengerti”. Sekali lagi aku tak memaksa mu untuk mengikuti kata kawan ku. perasaan ini hanya milikmu, hanya kau yang merasakan. namun aku ingatkan kau, hidupmu hanya satu kali.
“Sungguh baik sekali kawanmu itu, indah sekali kata yang diukirnya. Aku harap ia mau menjadi kawan ku juga” Jawabanya penuh harap.
“Aku ragu Ia mau berteman dengan orang menyebalkan seperti mu, Puan”
Awan kelabu telah berubah menjadi gelap dan rintik hujan memainkan alunan lagu. Dalam suasana sendu itu,...
“Ia bukan kopi, yang rasanya akan tetap pahit. Ia Es krim, meskipun dingin ia akan mencair dan sedikit demi sedikit dinginnya berkurang. Namun, akan tetap manis dan lembut”.
Kenangan tak perlu dilupakan, meskipun rasanya sesak. Rasanya saja yang dihilangkan, kenangannya biarlah tetap menjadi cerita, kelak.



Bandung, 15 November 2017
Tulisan Kacau Kawan Puan

Thursday, November 9, 2017

Kisah Puan



Inikah Akhirnya Tuan?



Malam gelap semakin lembab sebab hujan yang tak kunjung reda. Meski dinaungi atap, pakaian ku tetap basah. Sebab tangis Puan yang tak kunjung mereda, hentikan Puan aku tak sanggup melihatmu begini. Nafasnya tak teratur dan suaranya bergetar mengatakan “Ia bukan untukku kawan... ia bukan untuk ku kawan”.
Empat puluh delapan jam, seakan berputar 365 hari, selama itu ia meronta, berlari dan mengingkari. Namun, semua berjalan sebaliknya, bayangan Tuan seakan menariknya dalam keputus asaan. Iya Puan, Tuan bukan untuk mu. Puan, senang kah kau jika ia bahagia? jika iya, hapu air mata mu dan hentikan semua tangis ini. Lihat! Lihat! Ia sudah bahagia dengan perempuan lain. Perempuan yang sempurna dan tak semenyebalkan dirimu!. Sadarlah kau, Puan! kamu bukan siapa- siapa.
Omong kosong apa yang kau lakukan? Berteman dengan April, Mei, Juni, Juli, Agustus? Omong kosong. Nyatanya tak ada satupun yang bisa membantumu saat ini, bodoh kau.
Bukan aku, bukan juga April, Mei, Juni, Juli, Agustus yang akan membantumu sekarang, tapi dirimu sendiri,  Puan. Berhenti bergantung pada orang lain, berilah senyum perpisahan pada Tuan. Tunjukkan bahwa kaupun bahagia, meski dikelilingi tangis. Cukup senyum, Puan tak perlu disertai kata atau air mata.
Ucapku mungkin tak menyembuhkan lukanya. Beginikah rasanya menusuk tapi tak tertusuk? Beginikah rasanya terbunuh tanpa tahu pembunuh? Sebagai kawan yang tak berguna aku kecewa pada diriku sendiri. Maafkan aku Puan.
Meskipun kisah mu tak semanis senyumu, Puan. Tapi aku yakin Puan, hatimu setegar berlian. Hingga kelak kisahmu indah pada waktunya. 




Bandung, 10 November 2017
Tulisan kacau kawan puan