Translate

Tuesday, March 14, 2017

Dari kami untuk kalian




Pekerjaan Kami Tak Serendah Penghargaan Kalian

Bandung (8/3/17) Dari kanan Fahmi, Arkhan, Irvan dan A. Saepulloh mencoba menjalankan traktor. petani ajah sendiri lah ini kok sampai berempat gini ya wkwkwkwk. ampun kawan. (sumber photo: instagram Irvan Nurhidayat)

Kabar tentang penolakan pembangunan PT. Semen Indonesia di Rembang Jawa Tengah tayang dilayar televisi kala itu, membuatku teringat bahwa aku harus membuat sebuah tulisan tentang “Petani”. Sebenarnya tulisan ini sudah terfikirkan di hari “Bertraktor ria” yang kami (aku dan Mahasiswa Agroteknologi)  lakukan minggu lalu. Sedikit flash back ajah ya ha ha..
Pagi itu Rabu (8/3/17) langkahku dan langkah beberapa temanku mengarah pada kampus II UIN SGD Bandung. Aku katakan langkah, ya langkah karena tak ada bus atau mobil jemputan yang mengantar kami kesana. Ya sudahlah kami sudah terbiasa dengan hal itu, sebelum mahasiswa tarbiyah pindah pun kami sudah terbiasa ke sana, sendiri. Ketika itu tak ada kata umpatan, tak ada kalimat keluhan, semua tertawa riang mengawali hari “Bertraktor ria” ini. Akh... kalian sungguh tegar kawan.
Menginjakan kaki di gerbang masuk kampus, membawa serpihan kenanganku saat itu. Masih terkenang ketika tempat itu masih berupa ladang ilalang, masih teringat jelas saat sepatuku menginjak tanah merah yang becek, saat aku lebih meilih melepas sepatuku karena tanah yang menempel membuatku membutuhkan ekstra tenaga untuk membersihkannya. Kami pun menyaksikan saat bangunan tarbiyah itu masih berupa kerangka, saat kontaktor-kontraktor menghabiskan waktu bekerja pagi, siang, malam. Kami menyaksikan!.
Kembali ke cerita traktor, jangan bilang kalian tak terbayang bagaimana bentuk traktor ha ha.. maafkan. Traktor ini kawan memiliki dua jenis ban, ban karet dan ban besi. Nah untuk penggunaan di lahan kita gunakan ban besinya. Kalian harus coba! Menggunakan trktor tidak semudah yang terlihat. Menghidupkan, menjalankan hingga mengoprasikannya di lahan sungguh kalian harus coba. Aku angkat jempol jika kalian tak berdecak kagum pada petani setelahnya.
“Beri aku 10 Pemuda, maka akan aku guncang dunia” Ucap bapak Soekarno, ingin sekali aku berkata “Oh bapak Soekarno yang terhormat, 3 pemuda gagah di kelasku saja tak mampu membajak satu petak sawah sendirian. 40 orang pemuda agro saja kewalahan membajak satu petak sawah. Bagaimana kita bisa mengguncang dunia?”. Mungkin lebih logis jika redaksinya “Beri aku 10 petani, maka kita akan swasembada pangan kembali”.
Pekerjaan kami tak serendah penghargaan kalian, itu judul tulisan kali ini. Ini tercipta entah karena perasaanku ciaaa... ha ha entah karena perasaan ku atau memang sebagian besar orang menganggap rendah pekerjaan seorang petani. Sebagian orang lebih mengutamakan pekerjaan lain dibandingkan pekerjaan sebagai petani. Memang pekerjaan kami lebih melelahkan dari pekerjaan lainnya, namun bukan berarti rendah.
Berlumuran lumpur dan tanah, bermandikan air parit yang tak seorang pun bisa menjamin kebersihannya, terbakar karena terpapar sinar matahari, berfikir keras, bertengkar dengan hama dan penyakit, berteman dengan panas dan hujan semuanya sudah sering kami lakukan. Lelah? Mungkin iya, tapi apa jadinya jika kami berhenti saat ini, manusia akan makan apa nanti?. Memotivasi diri sendiri adalah cara kami bertahan, bertahan adalah cara kami membuat kalian, ya kalian dengan profesi lain tetap hidup.
Dari tulisan ini aku berharap semoga kalian tak lagi merendahkan para petani, tak lagi merampas lahan-lahan kami, tak lagi memposisikan profesi kami distrata paling rendah dengan upah yang rendah pula. Cobalah sesekali perhatiakn para petani, bukan hanya memperhatiakan apa yang kalian makan. Pikirkan orang yang berjuang, bukan hanya memikirkan isi perut saja.
Bandung, 14 Maret 2017.
Ditulis dengan penuh perasaan.
Dari kami untuk kalian

Sunday, March 5, 2017

My Baby Plant


Prolog

Baby plant in bottle but not mine (maaf bahasa inggrisnya ancur wkwkwk)  ini gambar planlet biar kalian kebayang ha ha...

    Ketika aku tahu bahwa kehidupan itu tidak hanya sebatas detak jantung,  aku mengerti dan tak bisa kuingkari bahwa aku takjub.  Aku paham sekarang,  paham bahwa kehidupan itu luas sekali dan bahkan berjuta-juta kali lebih luas dari anggapanku sebelumnya. Karena sebuah baby plant dalam botol telah merubah semua arah pemikiranku tentang dunia.
    Kamu percaya bahwa ada kehidupan yang sangat ditunggu dan sangat berguna dalam sebuah botol selai? Kamu percaya bahwa reinkarnasi itu ada?. Jika kamu tak percaya aku jelaskan dan jika kamu percaya tetap akan aku jelaskan karena itu tema tulisan kali ini he he.
    Baby plant in bottle,  itu sebutan ku untuk mereka. Kalian pun sudah bisa menebak bukan dimana hidupnya bayi tanaman ini? Di dalam botol yup betul sekali.  Tanaman ini tumbuh dalam botol kaca berbagai ukuran sih namun sebagian besar berukuran botol selai.  Orang-orang pertanian atau peneliti tanaman menyebutnya dengan "Planlet".
    Metode menanam ini dikenal dengan nama Kultur Jaringan.  Kenapa begitu?  Karena kita membudidayakan tanaman dari jaringannya ha ha secara singkat sih begitu ha ha.  "Kultur" artinya pemeliharaan atau pembudidayaan,  lebih mudahnya mungkin disebut menanam atau menumbuhkan.  Sedangkan "Jaringan" sekumpulan sel yang memiliki fungsi dan bentuk yang sama. Nama lain dari metode ini yaitu "Tissue Culture" jika nanti kalian mendengar kata itu jangan katro ya ha ha.
     Nah jika kalian beri aku sehelai daun maka aku bisa menjadikannya berpuluh-puluh tanaman, kalian percaya? Harus percaya, karena begitulah keunggulan dari metode ini. Masih belum percaya nih?  All rigth aku akan jelaskan sedikit.  Pertama coba kalian cari tahu berapa banyak sel dalam sehelai daun lalu berapa banyak jaringan dalal sehelai daun.  Nah dari jaringan yang jumlahnya banyak itu masing-masing jaringan bisa menghasilkan satu tanaman loh.  Percaya?  Enggak juga?  Oke bagus,  aku lebih senang ketika kalian tidak percaya.  Karena kepercayaan itu tidak mudah dibangun ceaelah udah lama enggak baper dalam tulisan ini ha ha. So biar kalian percaya tetap bersamaku ya,  eh maksudnya ikutin terus tulisan-tulisan ini sampai part akhir he he..
      Oh iya aku belum jelaskan mengapa aku katakan reinkarnasi itu ada.  Aku bisa bilang begitu karena menurutku nih ya,  metode menanam ini termasuk dalam reinkarnasi.  Kalian tahu reinkarnasi itu loh yang sering dibicarakan dalam film anime Inuyasha ha ha.. Reinkarnasi penitisan atau bisa dikatakan hidup kembali setelah mati.  Tapi setelah dipikir-pikir lebih cocok menggunakan kata kloning ya ha ha. Maafkan terlalu banyak rindu membuatku salah fokus. Eh..
      Back to topik ya,  jadi hasil dari puluh-puluh tanaman dari sehelai daun ini sifatnya akan sama dengan tanaman yang diambil daunnya tadi.  Kalau orang pertanian menyebutnya dengan "Eksplan" atau induk tanaman. Bayangkan saja ketika yang digunakan adalah bibit unggul maka kalian bisa menciptakan banyak bibit unggul dari sehelai daun. Luarrrr biasa bukan?. Nah itupun salah satu keunggulannya.
      Walaupun berasal dari potongan bagian tubuh tanaman yang kecil (sekitar 1 cm lah)  tanaman ini mampu tumbuh lebih cepat dari pada tanaman yang ditanam di tanah loh.  Mengapa begitu?  Karena kondisi dalam botol sudah sangat membuatnya nyaman.  Tahu sendirikan kenyamanan itu penting dan kalau sudah nyaman pasti betah ha ha...
      Seperti kedua sisi mata uang,  aku tak lengkap tanpa mu.  Eh he he.. bukan itu maksudnya. Maksudnya dibalik semua kelebihan itu,  ada kekurangan dari metode ini.  Disebutkan saja ya takutnya kalian juga udah pada menggerutu kapan sih beresnya tulisan ini atau malah udah left ajah sebelum selesai.  Kan sedih,  aku pun tak mau ditinggalkan hu hu... Kelemahannya nih,  mahal dan memerlukan keahlian dalam melakukannya.  Harus steril dalam pengerjaan.  Lalu tanaman rentan terhadap penyakit dan perlu perawatan khusus. Ya mungkin sekian dulu prolog dari My baby plant , baca terus tulisannya ya Insya Allah bermanfaat kok..  He he..