Translate

Thursday, June 16, 2016

Tentang Ramadan

RAMADHAN RASA NANO NANO
Oleh : Pena Hijau


Ceritanya, Ramadan tahun ini aku mendapat posisi "koki berbuka". Ada tidaknya makanan saat adzan magrib berkumandang, aku yang bertanggung jawab. Enak tidaknya makanan di meja makan, aku pun yang bertangung jawab. Cukup sulit bagiku, karena kemampuann ku dalam hal memasak masih di bawah rata-rata.
Ketika jam dinding menunjuk angka 4, otak ku muai berfikir akan mnghidangkan masakan apa. Tak jarang aku betanya pada ayah dan ibu apa yang harus dimasak. Awalnya ayah hanya meminta masakan yang biasa saja, seperti telor, tempe, tahu, sambal dan oseng tempe. Namun karena kesehatan ayah mulai menurun, akhinya ayah meminta masakan yang berkuah seperti opor, kare, sayur asem dan sayur lodeh.
keluarga kami keluarga besar nan sederhana, opor yang dihidangkan hanya telur yang direbus kemudian digoreng sebentar dan dimasukan pada kuah opor. Begitupun dengan kare, hanya terong yang digoreng dan dimasukan pada bumbu kare. Sangat sederhana namun rasana sangat nikmat, apalagi dipadukan dengan sambal.
Saat membuat opor, aku tidak begitu kesulitan karena ada ibu yang membimbing dan mengarahkan apa saja bumbu yang digunakan, meski masakannya berasa asin hi hi. Begitupun dengan kare masih dengan bimbingan ibu, kare ini rasanya pas karena sebagian besar ibu yang mengerjakan. Hingga tiba pada menu sayur asem. Bahan-bahan sudah ibu siapkan, kemudian ibu memberi pengarahan sebentar dan akhirnya ibu pergi meninggalkanku di dapur sendiri.
Berbekal pengarahan singakat ibu, aku menarik nafas panjang dan memberanikan diri membuat sayur asem. Memanaskan air dan memasukkan asam (aku menggunakan belimbing wuluh yang rasanya asam), memotong waluh dan kacang panjang, mengupas dan menggoreng bawang merah dan bawang putih kemudian menggerusnya dengan campuran cengek dan garam agar terasa pedas.
Waluh dimasukkan lebih dulu, memasukkan empon-empon kalau ibu bilang (salam, laja dll), memasukan bumbu hasil gerusan, menambahkan gula, garam, dan bumbu masak, masukan kacang panjang yang sudah dipotong-potong, kacang suuk yang sudah direbus dan terakhir daun tangkil. Meski dengan rasa ragu dan kurang percaya diri, aku tetap menghidangkan sayur asem di meja makan. Lengkap dengan pindang dan tempe, piring, sendok dan gelas sudah tertata rapih, potongan pepaya pun menjadi pelengkap menu berbuka.
Adzan magib berkumandang, inilah saatnya para juri berbicara. Sayur asem pertamaku mulai mendapat kritik, sayur asem pertama ku belum sempurna. Tapi bukan rasa minder yang aku rasakan, seolah dorongan bagiku untuk belajar membuat yang lebih sempurna.
Sayur asem pertma ku
1. aku lupa menambahkan gula merah hingga rasanya kurang manis.
2. aku lupa memasukkan terasi .
3. aku malah memasukkan sereh padahal tidak perlu.
Dilain waktu aku akan memasaknya dengan sempurna, ramadan kali ini rasanya nano-nano ha ha. Gula, garam, bawang, minyak , mentega, salam, sereh, laja, laos, kemiri, ketumbar, merica dan bumbu-bumbu lain harus aku kenal. Katel, cukil, coet, panci, kompor dan ala-alat dapur menjadi temanku, meski cara mereka bershabat kadang terasa sakit ha ha. Tapi merekalah yang memberi rasa pada ramadan kali ini, terimakasih kawan.

Sunday, June 5, 2016

Resensi



Moshi-moshi dukusha! Bagaimana kabarnya? Ingat jawabannya harus selalu sangat baik ya! Lalu bagai mana dengan hari ini? Jawabannya harus “Hari ini sangat luar biasa!”. Kali ini Pena hijau membuat sebuah resensi, bukan resensi yang bagus sih. Tapi mudah-mudahan bermanfaat, aamiin.

DATA BUKU
Judul      : Little Woman
Penulis   : Louisa May Alcott
Penerbit : Bukune
Cetakan : Pertama
Tebal      : 392 halaman
ISBN     : 602-8066-87-7

(APA) BENAR HARTA DAN UANG MENJAMIN KEBAHAGIAAN(?)
Oleh : Pena Hijau
Bergelimang harta dan uang, tidak menjamin datangnya kebahagiaan. Namun sopan santun, tatakrama dan nilai-nilai kebajikan akan senantiasa membawa kebahagiaan.
Mrs. March berserta empat anak gadisnya yang baru beranjak dewasa yakni Margharet (Meg), Joshyphien (jo), Elizabeth (beth) dan si bungsu Amy Curtis (Amy ), harus rela melepas sang kepala keluarga untuk pergi berperang. Malam natal yang seharusnya menjadi malam penuh kebahagiaan , menjadi sangat suram ketika tau mereka tidak akan mendapat pernak pernik hadiah natal.
Keluarga March hidup susah payah setelah harta mereka disumbangkan untuk medan perang. Meg dan Jo sebagai anak paling tua yang umurnya masih 16 dan 15 tahun harus rela bekerja untk menghidupi keluarga mereka. Sedang mama dan papa mereka harus mengabdi kepada Negara.
Mrs. March sebagai seorang ibu telah berhasil menguatkan keempat putrinya agar tetap bertahan dalam kesulitan apapun. Itulah yang menjadikan suasana rumah kecil nansederhana itu menjadi berwarna. Selain itu,  Mrs. March juga selalu mengajarkan nilai-nilai kebajikan dan ketangguhan pada keempat putrinya . Walaupun dinilai masih berusia dini keempat putrinya itu mampu menampilkan sikap mandiri dan berbudipekerti yang baik.
Mrs. March mengajarkan keempat putrinya untuk tidak mementingkan diri sendiri. Seperti pada cerita menharukan ketika mereka harus merelakan sarapan mereka untuk berbagai dengan orang miskin walaupun perut mereka sangat lapar dan ketika itu sarapan adalah waktu yang mereka tunggu-tunggu. Mengajarkan untuk mengendalikan emosi, “Jangan sampai matahari membakar emosimu” kata-kata yang diucapkannya kepada jo yang selalu bersikap sentimental dan keras kepala. 
Banyak nilai-nilai kebajikan yang dapat dipelajari dari buku berjudul “Little Women” ini. Meskipun menceritakan tentang kehidupan umat cristiani, namun cerita-cerita dan pelajaran-pelajarannya kebajikan-kebajikannya patut dicontoh oleh semua umat. Buku ini dapat mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu dengan harta dan uang, namun kebajikanlah yang mendatangkan kebahagiaan bagi siapa saja yang melakukannya.
Penuturan dan alur cerita mampu membawa emosi pembaca dan klimax cerita mampu membuat tegang pembaca. Meskipun begitu ada beberapa bagian cerita yang sulit dipahami dan digambarkan. Selain itu banyak sekali typo baik dalam penulisan cerita dan adapula salah penempatan nama, sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami cerita.

Tentang Suaka



RANGERS ITU ADA
Oleh: Pena Hijau

Moshi moshi dokusha! Bagaimana kabar kalian? Selalu ingat jawabanya ya, bagaimana hari ini? Pasti menyenangkan bukan? .Oh iya pena hijau pernah berjanji untuk menjawab pertanyaan mengenai mengapa jawabannya harus “Sehat” dan “Hari ini sangat menyenangkan”. Begini Readers secara psikologi, keadaan hati seseorang tergantung dengan apa yang sedang mereka fikirkan dan perkataan itu bisa menjadi do’a. So semoga kalian sehat selalu dan hari kalian sangat menyenangkan.
Readers , ingatkah kalian pada film Power Rangers? (Itupun jika kalian seumuran dengan ku hihi).  Film ini menceritakan sekelompok orang yang berjuang memerangi kejahatan, merekalah sang “Rangers”. Mereka menggunakan kostum  dengan warna yang berbeda. Ada wana merah, kuning, biru, merah muda dan hitam. Ranger dengan kostum merah selalu menjadi pemimpin mereka dan selalu terlihat paling gagah, tidak aneh jika warna merah dikenal dengan “warna seorang pahlawan”.
Teringat saat masih kecil  (nostalgia he he), aku dan saudara-saudaraku selalu menirukan aksi seorang ranger ketika melawan kejahatan. Saat itu aku merasa seakan-akan mejadi seorang pahlawan, meski penjahat itu hanyalah imajinasi belaka. Terasa sangat menyenangkan ketika membayangkan semua orang tersenyum karena merasa aman dan terasa bangga ketika bisa melindungi banyak orang, aku bergumam “Aku akan melindungi semua orang dari kejahatan, untuk melindungi mereka aku berdiri paling depan!” sekan-akan akulah pahlawan sesungguhnya.
Sabtu, 28 Mei 2016, sekitar pukul sepuluh. Aku bersama rekan-rekan yang telah menjadi keluarga kedua Ku, telah siap berdiri di bawah teriknya matahari. Menggunakan kostum ranger, kami siap menyambut keluarga baru dan melantik mereka sebagai ranger-ranger muda yang militan. (meskipun secara umur masih muda aku hi hi viss).
Seakan tidak menyangka sudah setengah periode aku menjadi ranger sungguhan, melawan kejahatan yang sesungguhnya. Bahkan orang jahat dengan “topeng” seorang dewa menjadi lawan kami. Berbekal senjata pena, strategi, kelihaian dan keberanian, serta kekompakkan kami melewati zona aman dan siap membela kebenaran kapan pun dan dimanapun. Kami disatukan dengan nama LPM Suaka, Suaka yang berarti “Perlindungan”.
Aku, meski belum menjadi ranger yang kuat, Aku ingin tetap menjadi ranger yang melindungi banyak orang. Aku, meski tak sehebat ranger yang lain, aku ingin menjadi hebat bersama Suaka. Aku, meski tak memiliki pena yang kuat, strategi yang hebat, kelihaian maupun keberanian, aku ingin menjadi ranger yang sesungguhnya. Kami akan menjadi ranger yang sesungguhnya, temui kami di Suaka, yakinlah ranger itu ada.