Dari kanan ke kiri belakang ( Nana, Ayu, Mak Eem, Hani, Aku dan Irdan) dari kanan ke kiri depan (Neng Ririn, Hildy, Catherine, Leni dan Novan) berfoto bersama di hari yang mengharukan Sabtu (29/7/17).
Dari kanan ke kiri (Mang Ajat, Ayu, Mak Eem, Abah, Hani, Aku dan mang Iwan) berfoto setelah pemberian plakat Sabtu (29/7/17)
"Pamulihan nyaman bukan hanya karena indahnya, tapi karena orang di dalamnya yeng begitu memberi arti" (FH)
SKENARIO INI TAK PERNAH KU DUGA.
Malam
ini dan malam kemaren rasanya berbeda, entah apa yang membuatnya begitu
berbeda. Kasur di rumah lebih nyaman, lebih luas dan wangi, ya wangi ibu yang
selalu aku rindukan. Tapi, magrib ini aku belum tertidur kawan, malam ini aku
tidak tertidur secepat saat bersama kalian. Mungkin aku merindukan suara-suara
kalian yang sering kali mengatakan “Si ninit sare?”, “Ah terame wayah kie geus
sare”. Saat itu aku tertidur tapi suara kalian tetap terdengar, seolah nyanyian
nina bobo yang membuatku semakin terlelap dari lelahnya aktivitas kala itu.
Alarm
ku tetap berbunyi pada waktu yang sama kawan, tapi kenapa pagi tadi aku tidak
melihat orang yang sama . Tak ada Ayu dan Hani disampingku, tak ada Neng Ririn
dan Leni di kamar sebelah dan tak ada Irdan dan Novan saat aku keluar kamar,
rasanya ada yang hilang. Kawan, aku sarapan di jam yang sama, tapi sekali lagi
tidak dengan rasa yang sama. Aku kenapa? Kenapa merindukan kalian sekarang? Menyadari
betapa berartinya hari-hari bersama kalian baru hari ini.
Abah,
seharusnya tadi pagi aku menyapu halamanmu ya? Abah, apakah emak-emak yang
melakukannya. Abah, ninit kangen ketika abah memanggi “Nit!” yang mengagetkan
ninit saat menyapu, Ninit juga pengen ikan bakar buatan abah lagi.
Emak,
mata mu yang dipenuhi air mata kemaren masih terbayang difikiranku. Mak, rasa
timbel yang emak kasih juga masih aku ingat wanginya. Emak, kapan kita ketawa
bersama lagi? Mak, cecenetnya masih banyak? Mak, kapan nonton si goler lagi? Mak,
ayoo beli baso gede. Maaaaakkkkkk.... anak mu ini merindukan mu. Mak, doa-doa
yang kau ucapkan sungguh indah dan aku yakin doa-doa mu telah didengar oleh
tuhan. Mak, pelukanmu terasa begitu hangat. Emak, untuk mengucap terimakasih
pun aku tak sanggup, karena ucapan terimakasih tak sebanding dengan apa yang
telah engkau berikan kepada kami selama disana. “Dadah emak” Mak Suha a.k.a Mak Domoh, Mak
Hati, Mak Eem, Mak Awi, Mak Lilis, Mak Yati dan emak emak lain yang tidak bisa
aku sebutkan satu satu, aku rindu kalian....
Mang
Aceng a.k.a Mang Iwan, Mang Idoy a.k.a Mang Enan, Mang Yaya, Mang Oo, Mang
Ajat, Mang Ucu, Mang Didin, yang semangat ya terimakasih sebulan yang sangat
mengesankannya. Khusus Mang Iwan, lanjutkan tegasnya tapi jangan juteknya he he
maafin ya ninit ngahereyan wae he he. Mang Idoy, sendalnya dinamain biar enggak
salah pake sendalnya he he. Mang Yaya dan Mang Oo, kalau mau nyemprot harus
sefety ya. Mang Ajat, pengen liwet buatan mang ajat lagi....
Neng,
masak apa pagi tadi dan sore tadi? Neng seharusnya ninit bantu cuci piring ya
tadi? Neng, besok jangan lupa bangun sahur ya. Neng, jangan lupa dandan biar
makin cantik. Neng kapan kita ketawa bareng lagi? Neng, kapan jajan seblak dan
ngebaso lagi? Neng, Irdan sama Novan suka cuci piring enggak?. Ahhhh....Neng,
aku merindukanmu.
Len,
gimana gak gatel-gatel lagi kan? Len, sekarang masaknya berdua ya sama neng? Len,
kangen Leni. Len, hati hati nyimpen kacamata jangan sampai lupa loh. Len jangan
suka diet terus ah, amakan yang banyak ya. Leeennnnnnn.... ninit juga rindu
Leni.
Van,
jangan tidur terus Novan, kerjain log booknya. Matiin TV nya kalau mau tidur,
bantuin Neng juga cuci piring. Van, sekarang enak ya tidurnya di kamar? Van,
mandi nya jangan susah jangan berantem terus sama Irdan ya. Novaaaaannnnn....
Dan,
udah enggak ada yang gangguin lagi ya sekarang? Udah enggak ada yang repotin
lagi ya? Udah enggak ada yang ribut-ribut lagi tengah malam ya?. Maafin Ninit
ya yang suka ngeganggu dan ngajak berantem terus ngerepon lagi, maafin. Irdan,
jangan suka protes ya kalau dimasakin cireng lagi, asin lagi, kerupuk lagi,
mending bantuin neng masak aja. Irdaaaaaannnnnnnnn.....
Jika
hidup ini memiliki skenario, berati Tuhan adalah sutradara yang tidak
tertandingi. Rasanya saat berangkat tanggal 3 Juli lalu, ada perasaan takut,
resah dan apapun itu yang membutku enggan melaksanakan PKL. Tapi, perlahan rasa
itu memudah ketika Emak-emak itu memanggil dengan sebutan “Neng geulis, Nyai,
bungsu...” bernada akrab. Lalu kallian (Neng, Leni, Novan dan Irdan) datang
bersama dengan kehangatan. Hingga hari- hari kami (Aku, Ayu dan Hani) terasa
begitu singkat.
Dari
mulai aku memejamkan mata hingga mataku terpejam kembali, aku selalu bersama
kalian. Kalian tak pernah meninggalkanku meski aku menyadari betapa
menyebalkannya aku. Bahkan, kalian terasa lebih dari sekedar teman. Aku bertemu
kalian adalah takdir, aku bertemu kalian karena Allah ingin memberitahuku bahwa
malaikat itu ada di sekitarku. Malaikat itu hanya bisa dirasakan bukan untuk
dilihat. Malaikat itu, Abah, teh Juju, Emak-emak, emang-emang dan Kalian. Malaikat
itu tidak bersayap, tidak cemerlang dan tidak rupawan. Namun hatinya begitu
indah dan auranya begitu hangat.
Aku
tahu sekrang, bahwa tempat itu menjadi nyaman karena orang di dalamnya. Pamulihan,
meski jauh dari tempat wisata, jauh dari tempat hura-hura seperti mol, bioskop
dan lain-lain. Akan tetapi rasanya seperti rumah, rasanya begitu nyaman dan
terasa sulit untuk ditinggalkan. Itu semua karena orang di dalamnya yang begitu
berarti. Hingga satu ceritapun butuh bermiliyar-miliyar cara untuk
melupakannya, karena apa? Karena semua cerita sudah ku simpan dalam hatiku
bukan lagi dalam otaku.
“Skenario ini tak pernah ku duga” Gumam ku saat berangkat pulang.